5 Fakta VPN berbahaya, dari serangan perangkat hingga pencurian data

Kamis, 23 Mei 2019 : 12.51
Simpan

Pembatasan akses sementara pengguna media sosial (Medsos) di Indonesia seperti Facebook, WhatsApp dan Instagram, menjadikan layanan Virtual Private Network (VPN) gratisan diserbu para penggila internet khususnya pengguna medsos.

cover ilustrasi | indotema.com
Indotema.com - Pembatasan akses sementara pengguna media sosial (Medsos) di Indonesia seperti Facebook, WhatsApp dan Instagram, menjadikan layanan Virtual Private Network (VPN) gratisan diserbu para penggila internet khususnya pengguna medsos.

VPN adalah sebuah koneksi antar jaringan yang sifatnya pribadi dilakukan melalui jaringan internet publik dan memungkinkan pengguna bertukar sumber daya secara privat melalui jaringan internet publik.

Maka VPN ini sama halnya dengan firewall pada komputer, di mana VPN akan melindungi aktivitas online. VPN juga sebagai koneksi yang lebih aman dibanding koneksi internet biasa. Hal tersebut memang benar namun tidak sepenuhnya, ternyata VPN masih memiliki sejumlah celah dan kekurangan.

Dari penelusuran indotema.com dari laman pencarian Google, banyak sekali yang memberikan layanan gratis VPN.  Bahaya yang menanti ketika menggunakan VPN gratis adalah resiko penjualan data secara ilegal.

Namun, untuk pengguna VPN berbayar rasanya tidak perlu khawatir soal masalah penjualan data ini karena para penyedia VPN berbayar umumnya memiliki aturan yang ketat dan jaminan kepada pengguna.

Lantas sejumlah penyedia layanan VPN gratis, jalur rahasia yang digunakan memiliki banyak 'lubang' sehingga ada kemungkinan data dan alamat IP pengguna bisa saja bocor ke publik.

Berikut ulasan 5 fakta VPN berbahaya, dari serangan perangkat hingga pencurian data yang dirangkum indotema.com, Kamis (23/3/2109).

1 . Resiko Serangan Man in the Middle

Man in the Middle, yaitu suatu serangan terhadap sistem perangkat (komputer, tablet, smartphone) yang saling berkomunikasi satu sama lain.

Penyerang berada di tengah-tengah jalur komunikasi tersebut untuk membaca, membajak, dan mencuri data antar keduanya atau justru menyisipkan malware. Karena komunikasi menggunakan VPN, data mengalir melalui server layanan VPN tersebut.

2. Penggunaan IP Pelanggan Sebagai Network End-Point.

Network Endpoint atau batu loncatan untuk meningkatkan bandwith layanan VPN milik penyedia VPN atau mengalihkannya untuk meningkatkan kecepatan internet pelanggan lain yang mereka anggap lebih menguntungkan mereka (ada kemungkinan Network Endpoint antar user juga dijual).

3. Kebocoran Alamat IP.

Bahaya lain yang juga dapat muncul akibat menggunakan VPN adalah bocornya data dan IP ke publik. VPN bekerja seperti terowongan di mana koneksi melewati suatu jalur 'rahasia' untuk sampai ke tujuan yaitu internet.

Namun, pada sejumlah penyedia layanan VPN gratis, jalur rahasia yang digunakan memiliki banyak 'lubang' sehingga ada kemungkinan data dan alamat IP  bocor ke publik.

4. Adware.

Kebanyakan penyedia layanan VPN gratis mengandalkan pendapatan dari iklan-iklan yang dipasang pihak ketiga pada website mereka. Tentu saja iklan-iklan yang dipasang tersebut dapat menganggu kenyamanan pengguna dan tidak menutup kemungkinan iklan tersebut telah disusupi malware atau aplikasi lain yang akan secara otomatis terinstall ke komputer kalian.

5. Pencurian Data.

Bahaya yang menanti pengguna VPN gratisan penjualan data secara ilegal dari pencurian data user. Untuk pengguna VPN berbayar rasanya tidak perlu khawatir soal masalah penjualan data ini karena para penyedia VPN berbayar umumnya memiliki aturan yang ketat dan jaminan.
Share


From
PT. Kolaborasi Indonesia Cerdas
PT. Kolaborasi Indonesia Cerdas.
PSE Kominfo: 007675.01/DJAI.PSE/09/2022
Kompatibel:
Jasa web berita dan develoment media digital: indotema.com
Copyright © 2024 - All right reserved.